PERAN TEKNOLOGI PADA PERCEPATAN PEMBANGUNAN

Peran teknologi dalam percepatan pengolahan SDA

Luasnya hamparan sawah, luasnya lahan perkebunan, luasnya hamparan empang, luasnya pegunungan, perbukitan dan deretan pegunungan, luasnya perairan laut dangkal dan dalam yang menjadikan warni yang indah di nusantara yang beriklim tropis. Keanekaragaman hayati dari Sabang sampai Maroke sebagai kekayaan terbaik dan terbanyak yang dimiliki Indonesia yang belum di kelolah dengan baik. Mineral dan sumber kekayaan non hayati seperti emas, nikel, n perak, batu bara, uranium, besi dan sumber meneral lainnya masih saja tersusun repi yang belum dapat di kelolah dengan baik untuk bangsa ini.

Masih banyak petani kita yang bercocok tanam kalau pun di hitung hanya nol koma sekian sekian yang mampu menggunakan asplikasi atau menerapkan teknologi untuk mengupayakan pengelolaan SDA terbut untuk kemakmurannya. Para petani kita yang mengolah lahan tambak dan lahan perkebunan seperti semakin kurang tertarik untuk mengelolah lahannya, penyebab diantaranya ; 1) hasil panen yang semakin merosot, 2) hasil jual panen yang tidak menentu (rekayasa pasar nasional dan internasional yang melemahkan petani), 3) luas lahan yang dikelolah semakin sempit (pertumbuhan penduduk tidak sebanding kemampuan/kapasitas modal dan SDM), 4) ekonomi politik yang tidak dapat berperan sebagai stimulator pembangunan para petani tersebut, 5) institusi Pemerintah yang bergerak ini tidak mampu menjadi mitra untuk mencari solusi terbaik, dan 6) lemahnya posisi tawar petani atau kuatnya posisi pedagang dalam mengatur harga dari petani lokal.

Teknologi dapat mengimbangi kebutuhan manusia. Untuk mendukung peningkatan perekonomian dan kemakmuran yang merata seluruh nusantara atau persoalan dasarnya adalah bagaimana teknologi dapat membantu pemenuhan kebutuhan para petani. Penulis sudah menyebutkan 6 skala dasar masalah yang dihadapi petani, dengan dasar tersebut untuk memikirkan bangsa ini sebuah pemikiran yang menyindir kita, seorang tokoh yang saya kagumi, berkomitmen tinggi terhadap percepatan pembangunan Indonesia, tapi sayangnya komitmen dan masa Pemerintahannya terhalang dengan  para legislator dengan metode berpikir kasir (atau mental kasir menurut BJ Habibie) keinginan keuntungan sesaat, dan ketidaksiapan mental dan pengetahuan mereka  ..tokoh ini yang memberikan konsep yang komprehensif dan lengkap tentang peran rekayasa teknologi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, daya saing internasional, keluar dari ketergantungan kapitalisme, dan menuju Indonesia maju yang lebih cepat..beliau adalah B.j. Habibie..paradigma berpikir seperti ini;

Untuk bisa menjadi negara maju tidak selalu perlu melewati “tahap-tahap” pembangunan yakni pertanian/agraris industri pengolahan pertanian, manufaktur, industri teknologi rendah/menengah baru ke teknologi tinggi. Ia mengemukan teori pembangunan ekonomi negara yang berbeda yakni “Dari negara agraris langsung melompat ke tahap negara industri teknologi tinggi”, tanpa harus menunggu dan melewati kematangan indsutri pertanian, atau tahapan industri manufaktur serta teknologi rendah.

“The basis of any modern economy is in their capability of using their renewable human resources. The best renewable human resources are those human resources which are in a position to contribute to a product which uses a mixture of high-tech.” (Sumber : BBC: BJ Habibie Profile -1998.) Dengan meningkatkan sumber daya manusia (human resources), maka kita dapat membuat produk berteknologi tinggi dimana memiliki nilai jual yang tinggi. Hal ini pun akan mentriger berdirinya perusahaan-perusahaan pendukung dengan teknologi lebih rendah. Jadi, prinsip pembangunan industri ala Habibie adalah Top-Down (dari tinggi hingga ke rendah). Sedangkan secara konvensional adalah dari Down-Top (dari industri teknologi rendah ke teknologi tinggi).

Nilai karyamanusia ditentukan oleh pasar, di mana karya-karya tersebut bersaing. Sumberdaya alam (SDA) terbarukan atau tidak terbarukan akan diberi nilainya masing-masing di pasar. Tanpa teknologi nilai tersebut tidak dapat ditingkatkan. Hal ini juga berlaku untuk suatu sistem karya yang merupakan hasil murni pemikiran dan rekayasa sumberdaya manusia (SDM). Penambahan nilai atau nilai-tambah tersebut hanya dapat tercapai dengan memanfaatan teknik dan teknologi yang tepat.

Tiap hari, manusia hanya dapat menikmati 24 jam, 1440 menit atau 86.400 detik. Tidak lebih atau kurang. Pertanyaannya adalah:
  • Mengapa ada manusia yang hasil karyanya dalam satu detik lebih banyak dari manusia yang lain dalam satu hari, satu tahun bahkan selama hidupnya?
  • Apakah ini yang namanya ‘takdir’ Tuhan? Bukankah manusia dibekali kemampuan berpikir?
  • Bukankah nilai indeks budaya dan agama dalam proses berpikir manusia selalu dapat diperhatikan sebagai kendala ataupun pegangan?
  • Bukankah tiap agama mengajarkan berpikir dalam koridor indeks nilai-nilai agama yang diyakini manusia?
  • Mengapa? Apa penyebabnya? Bagimana caranya berkarya dengan hasil nyata yang lebih banyak dalam satu detik?

Sangat disadari bahwa untuk mencapai kejayaan masa depan bangsa, yang harus diandalkan adalah SDM yang mampu meningkatkan nilai dari suatu produk dan pemikiran yang diperlukan pasar domestik maupun international, sesuai jadwal, berkualitas tinggi, dan harga yang bersaing. Ini hanya dapat dicapai jikalau teknologi tepat dan berguna, secanggih apapun, dapat dikuasai, dikendalikan dan dimanfaatkan.


Ditulis di dekat hamparan empang dan sawah di Mare, Kab. Bone
Referensi :
Filsafat dan Teknologi untuk Pembangunan dan  Teori Pembangunan Ekonomi Habibie oleh: Bacharuddin Jusuf Habibie








Komentar

Postingan Populer