MOTIVASI IBADAH ATAU EKONOMI PADA PELAYANAN PUBLIK

Motivasi dalam pelayanan Pemerintah

Dua motivasi dasar dalam pelayanan publik, yaitu motivasi ibadah dan motivasi ekonomi. Banyak orang salah kaprah bawah motivasi ibadah sungguh sangat tidak menguntungkan, rentan di politisasi, atau katanya sama niat ikhlas sehingga dengan tidak bayar sekalipun atau mendapat upah rendah tidak sesuai kadar usaha tidak perlu protes karena motivasinya ibadah. Sebenarnya motivasi ibadah akan sangat menguntungkan siapa saja baik yang melayani maupun yang terlayani. Motivasi ibadah sebenarnya mendorong kita untuk berbuat sesuai konsep yang benar dan adil serta tidak mengedepankan hawa nafsu atau pikiran jahat seperti memanipulasi gaji seseorang (pemberian yang tidak sesuai kadarnya). Motivasi ibadah menyebabkan setiap pekerjaan akan menjadi indah dan nyaman. Jika setiap orang baik dari unsur pimpinan hingga ke staf menggunakan konsep motivasi ibadah maka saya yakin efisiensi dan efektiftas dalam manajemen organisasi akan mudah tercapai.
Dengan motivasi ibadah yang tertanam pada pelayanan publik, maka saya yakin akan mendorong pencapaian kepuasan kepada siapa saja. Baik yang dilayani dan terlayani akan saling memahami bahwa dengan memberikan pelayanan ikhlas karena Allah, urusan lebih cepat, tidak neko-neko, dan ada kepuasan jika telah melakukan urusan pelayanan tersebut. Begitu pulah dengan orang yang dilayani dengan sadar bahwa tidak akan menaruh curiga, semuanya butuh proses, memberikan penghargaan yang sesuai kadarnya, tidak menahan diri untuk memberikan penghargaan atas segala sesuatu atas niat ikhlas dengan membayar sesuai ketentuan yang berlaku, tidak menambah apalagi mengurangi. Misalnya dengan membayar retribusi, jika dengan konsep ibadah maka setiap orang membayar dengan cepat, tepat waktu, tidak mengurangi jumlahnya., karena dengan nilai ibadah bahwa retribusi tersebut akan memberi manfaat yang lebih banyak kepada negara..akhirnya dengan konsep ibadah akan berjalan maksimal seluruh roda pemerintahan. Yakin dan pasti setiap orang akan memberi manfaat kepada siapa saja, insyaallah tercapai keadilan sosial.

Sebaliknya dengan motivasi ekonomi, untuk mencapai keuntungan yang sabanyak-banyaknya, mengupayakan seefektif dan seefisien mungkin. Dampak dari nilai ini bahwa adanya keinginan untuk menguasai sektor-sektor ekonomi dan Pemerintahan untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dengan keinginan tersebut maka muncul sikap keengganan untuk menghasilkan yang terbaik dan nilai tidak lebih dari apa yang telah ditentukan.. Saat itu tidak salah, namun selanjutnya akan menyebabkan nilai egoisme, individualisme, kepedulian kurang, dan simpati semakin berkurang, munculnya kecurigaan dan konflik baik secara masif maupun terang-terangan, persaingan yang meruncingkan konflik yang lebih besar, ketidakadilan dalam memberikan upah, muncullah kelas ekonomi elit, bangsawan. Di samping itu muncul juga orang-orang tertindas, dan keadilan yang di impikan semakin jauh.

Mana yang kita pilih itulah jalan hidup kita. Pemimpin adalah agen perubahan yang sesungguhnya. Jika seorang pemimpin yang mau berubah dalam sebuah organisasi keluarga hingga organisasi Pemerintah maka keteladanannya akan terasa sampai ke bawahannya (atau yang dipimpinnya), Oleh karena itu pilihlah pemimpin yang mau memperbaiki manajemen organisasi dengan motivasi ibadah atau sesuai yang diinginkan.

Makassar, 25 April 2014


Jusman.


Komentar

Postingan Populer