Pentingnya Renkon Banjir Kota Makassar
I.
PENDAHULUAN
Secara
administrasi Kota Makassar terbagi atas 14 Kecamatan dan 142 Kelurahandengan
885 RW dan 4446 RTKetinggian Kota Makassar bervariasi antara 0 - 25 meter dari
permukaan laut, dengansuhu udara antara 20° C sampai dengan 32° C. Kota Makssar
diapit dua buah sungaiyaitu: Sungai Tallo yang bermuara
disebelah utara kota dan Sungai Jeneberangbermuara pada bagian selatan kota.
Bencana yang sering melanda wilayah Kota Makassar antara lain Banjir, Angin Puting Beliung/Angin Kencang
dan Kebakaran Pemukiman. Bencana yang dominan adalah banjir. Banjir dengan
skala besar terjadi tahun 2004 dan
awal tahun 2013 banji.
II.
KARAKTERISTIK
ANCAMAN BANJIR
1.
Pengaruh Curah hujan
Hampir setiap tahunnya beberapa
bagian wilayah di Kota Makassar mengalami banjir.
Banjir umumnya terjadi pada bulan Desember- Februari, yaitu pada saat curah
hujan tertinggi pada setiap tahunnya.. Banjir besar yang pernah terjadi di
antaranya adalah pada tahun 1967 dan tahun 1976, sedangkan pada tahun 1983 dan
1986 telah pula terjadi banjir yang walaupun tidak sebesar yang terjadi pada
tahun 1976. Banjir yang cukup besar yang terjadi di Kota Makassar beberapa
tahun terakhir ini adalah yang terjadi pada tahun 1999, tahun 2000 dan Tahun
2013, dimana sebagian besar wilayah kota mengalami kebanjiran.

Grafik Rata-rata Curah Hujan di Kota
Makassar selama 13 Tahun
2.
Perubahan peruntukan lahan
DAS
Meluasnya wilayah pemukiman di area DAS
Tallo dan DAS Jeneberang menyebabkan tingginya aliran air permukaan yang
bersumber dari limpahan curah hujan serta terkendalanya proses inpiltrasi ke
dalam tanah akibat terhalang perkerasan jalan dan atap bangunan. Peningkatan
aliran permukaan inilah yang menyebabkan banjir
dan melanda beberapa wilayah di Kota Makassar dan terjadi semaki meluas. Ditinjau dari aspek
perencanaan tata ruang kota Makassar Tahun 2005-2015 bahwa kawasan tersebut
diperuntukkan menjadi kawasan perumahan
terpadu dan pergudangan serta peruntukan kawasan khusus yang tidak diikuti
penataan Rencan Detail Tata Ruang (RDTR) zoning regulation, pengendalian
perizinan, pengenaan sanksi dan sebagainya.
3.
Pengaruh Pasang Surut.dan Pemanasan Global
Pengaruh
pasang surut air laut juga sangat besar terhadap sistem pembuangan utama kota
diantaranya Sungai Tallo, Sungai Pampang,
Kanal Sinrijala, Kanal Jongaya serta
Kanal Panampu. Apabila curah hujan turun bersamaan dengan terjadinya
pasang naik air laut, maka sistem aliran air yang melalui drainase kota akan
terhambat sehingga menimbulkan banjir dan genangan pada wilayah tertentu yang
ketinggiannya di bawah permukaan laut (dibawah elevasi 0).
4.
Pengaruh elevasi Permukaan
Topografi wilayah Kota Makassar
sebagian besar berupa dataran dengan kemiringan lereng antara 0 – 8 %
atau elevasi 0-30%. Elevasi 0-2 meter
mencapai 66% dari total luas wilayah kota Makassar, elevasi 2-5 meter mencapai
14% dari total kota Makassar dan elevasi 20-30 meter hanya mencapai 1,1% dari
seluruh total kota Makassar. Ini menujukkan bahwa kota Makassar adalah kota
cukup datar dan dikategorikan hampir seluruh wilayah Kota Makassar wilayah
Rawan Banjir.
5.
Sistem drainase
Secara umum alur
jaringan drainase di Kota Makasar mengikuti ketinggian (kontur) dan mengikuti
poia jaringan jalan Kota yang ada, dimana sistem pembuangan air hujan yang
masih menjadi satu dengan sistem pembuangan air kotor. Sistem drainase campur
ini, terlihat kurang menguntungkan untuk daerah yang landai, sehingga terjadi
pengendapan dan penggenangan di dalam saluran yang menyebabkan bau dan
pemandangan yang tidak sedap dipandang mata. Pada bagian lain, kondisi jalan
yang relatif tinggi terhadap permukiman penduduk menjadikan saluran jalan hanya
dapat dimanfaatkan sebagai saluran penampung limpasan air hujan dari badan
jalan dan sebagai saluran pembawa, sedangkan saluran pembuangan dari permukiman
melalui saluran yang dibuat sendiri dan dialirkan ke saluran drainase yang ada.
6.
Kebiasaan Masyarakat Membuang Sampah
Genangan/Banjir
yang sering terjadi tidak
terlepas dari kesadaran masyarakat yang kurang perhatian menjaga
saluran/drainase perimer maupun drainase sekunder. Beberapa drainase kota
hampir tersumbat diakibatkan sampah yang menutup seluruh permukaan drainase dan
sedimen yang dapat menghambat laju aliran air hujan. Selain itu kurangnya
pengawasan pemerintah mengenai pengembang perumahan yang sengaja meninggikan pondasi kawasan namun
tidak memperhatian elevasi permukaan kawasan sekitarnya dan kurangnya ruang
terbuka hijau sehingga potensi genangan cukup tinggi.
7.
Tekanan Penggunaan Lahan
Kec. Tamalanrea, dan Kec. Biringkanaya
yang dikembangkan sebagai Kawasan bandara terpadu, maritim terpadu, industri
terpadu, namun kecamatan yang berada di
kawasan banjir tersebut tersebut mengalami desakan perubahan fungsi lahan
menjadi kawasan pemukiman disebabkan tingginya pertumbuhan jumlah penduduk atau
peroses urban yang sangat tinggi, sehingga ruang terbuka hijau juga semakin
sempit.
8.
Sedimentasi
Pendangkalan yang terjadi pada muara sungai
Tallo dan Jeneberang menyebabkan pendangkalan pada sungai Jeneberang serta
pendangkalan pada pantai losari dan pelabuhan Makassar. Semua ini menjadi
contoh nyata dan menjadi catatan penting bahwa ruang-ruang sungai perlu
dilindungi dan mendapat perhatian dari pemerintah Kota Makassar.
Analisa data-data kejadian banjir di Kota Makassar di atas, maka Penyebab Rawan Bencana Banjir disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor kondisi alam, faktor peristiwa alam, dan aktivitas manusia. Beberapa aspek yang termasuk dalam faktor kondisi alam penyebab banjir adalah kondisi alam (misalnya letak geografis wilayah), kondisi toporafi, geometri sungai, (misalnya meandering, penyempitan ruas sungai, sedimentasi, serta pemanasan global yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Tidak tertutup kemungkinan terjadinya degradasi lahan, sehingga menambah luasan areal dataran rendah. Faktor Peristiwa Alam seperti ; a. Curah hujan yang tinggi dan lamanya hujan; b. Air laut pasang yang mengakibatkan pembendungan di muara sungai; c. Air/arus balik (back water) dari sungai utama; d. Penurunan muka tanah (land subsidance); Aktivitas Manusia diantaranya; a. Pembudidayaan daerah dataran banjir; b. Peruntukan tata ruang kawasan belum memadai dan tidak sesuai; c. Belum adanya pola pengelolaan dan pengembangan dataran banjir; d. Permukiman di bantaran sungai; e. Sistem drainase yang tidak memadai; f. Terbatasnya tindakan mitigasi banjir; g. Kurangnya kesadaran masyarakat di sepanjang alur sungai; h. Penggundulan hutan di daerah hulu; i. Terbatasnya upaya pemeliharaan bangunan pengendali banjir; j. Elevasi bangunan tidak memperhatikan peil banjir.
III.
KONTIJENSI
BANJIR
Kontinjensi
adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi
belum pastiterjadi. Rencana Kontinjensi adalah suatu proses identifikasi dan
penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi atau yang belum pasti
tersebut. Suatu rencana kontinjensi mungkin tidak selalu pernah diaktifkan,
jika keadaan yang diperkirakan tidak terjadi.
Rencana
kontinjensi lahir dari proses perencanaan kontinjensi yang melibatkan para
pemangku kepentingan atau organisasi/lembaga yang bekerjasama secara
berkelanjutan untuk merumuskan dan menyepakati tujuan-tujuan bersama,
mendefinisikan tanggung jawab dan tindakan-tindakan yang harus diambil oleh
masing-masing pihak pada saat bencana terjadi.
Rencana
kontijensi disusun dalam tingkat yang dibutuhkan. Perencanaan kontinjensi
merupakan pra-syarat bagi tanggap darurat yang cepat dan efektif. Tanpa
perencanaan kontinjensi sebelumnya, banyak waktu akan terbuang dalam beberapa
hari pertama menanggapi keadaan darurat bencana. Perencanaan kontinjensi akan
membangun kapasitas sebuah daerah dalam penanggulangan bencana. Rencana
kontijensi harus dapat menjadi dasar rencana operasi pada saat tanggap darurat
bencana.
IV.
KESIMPULAN
Dengan Demikian dokumen Rencana ini sangat Penting
dibuat sebagai acuan kebijakan dan strategi serta landasan operasional bagi
semua pelaku penanggulangan bencana banjir di Kota Makassar dalam
penyelenggaraan kegiatan penanggulangan bencana, khususnya tanggap darurat bencana
banjir secara efektif, efisien dan
terpadu.
Komentar