Cyber city
![]() |
Operation Room Kota Makassar |
Cyber city merupakan salah satu konsep kota modern
berbasis teknologi informasi yang
kini telah banyak diterapkan di sejumlah kota besar di seluruh dunia. Ini
adalah konsekuensi logis dari meningkatnya
kebutuhan masyarakat yang ingin mengakses informasi dan berkomunikasi
dengan mudah dan cepat.
Sebagai bagian dari masyarakat dunia modern, bangsa
Indonesia sudah saatnya menerapkan konsep cyber city untuk memenuhi kebutuhan
warganya dalam mengakses internet secara lebih luas dan tidak lagi
terbatas pada kalangan tertentu saja.
Bagaimanapun juga bangsa Indonesia kini berada dalam abad informasi dimana
setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjalin pergaulan secara luas
baik nasional maupun internasional.
Implementasi cyber city juga bisa membantu masyarakat dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Dalam hal
ini, masyarakat akan semakin pandai
menggunakan internet dalam jumlah yang besar. Pemasangan hot spot Wi-Fi (wireless fidelity) di sejumlah tempat terbuka
seperti taman-taman kota,
tempat-tempat olahraga, lokasi bandara, pelabuhan, terminal bis, pusat-pusat perbelanjan modern dan tempat-tempat
wisata lainnya akan semakin memudahkan masyarakat untuk beraktifitas secara
lebih leluasa dalam satu waktu yang bersamaan.
Berwisata sambil berkirim email, menyantap makanan sambil mengerjakan
tugas kantor, duduk di kendaraan sambil chatting dengan
kolega dan sebagainya adalah contoh-contoh aktifitas yang sering dijumpai di
tengah masyarakat, khususnya di kotakota besar di
Indonesia. Pendeknya, aktifitas apapun yang dilakukan tidak akan mengganggu pekerjaan inti di kantor. Model kerja dinamis seperti ini
sedang menjadi tren di tengah masyarakat dimana mobilitas kaum
profesional, pebisnis, pendidik termasuk juga para mahasiswa semakin tinggi.
Bekerja secara parallel mungkin itu istilah yang paling tepat bagi anggota
masyarakat di berbagai kota besar di Indonesia. Mulai dari sekadar mengakses informasi biasa hingga melakukan berbagai
jenis transaksi bisnis sudah dapat
dilakukan via internet termasuk di dunia pendidikan, perbankan, ketenaga kerjaan dan sebagainya.
Internet yang multifungsi ini perlahan tapi
pasti berusaha mengubah perilaku atau budaya sebagian besar warga kota dari pola-pola
layanan konvensional menjadi layanan yang serba digital dan instant. Dengan kelebihannya itu pula, internet diprediksikan akan
semakin diminati masyarakat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan dan
perkembangan teknologi informasi.
Beberapa gambaran fakta di atas menunjukkan bahwa
ke depan nanti sebagian besar masyarakat kota akan semakin bergantung pada
internet untuk menjalani berbagai aktifitasnya. Tolok ukurnya adalah kebutuhan
masyarakat terhadap suatu pelayanan informasi dan
komunikasi digital yang serba cepat, efisien dan efektif. Pola kerja dinamis seperti ini tidak sekedar menunjukkan gaya hidup modern tetapi
sudah menjadi kebutuhan semua orang. Hal ini mirip seperti
komunikasi ponsel dimana hampir semua kelas sosial
masyarakat menggunakannya. Oleh karena itu, internet akan menjadi jendela dunia bagi masyarakat dalam suatu kawasan atau kota untuk
saling bertukar informasi dan berkomunikasi dalam segala hal. Inilah ciri suatu pengembangan
kota modern yang berbasis teknologi
informasi dan komunikasi dimana masyarakatnya dapat terlayani secara elektronik dan infrastruktur pendukungnya dapat
saling terintegrasi dengan baik.
Kota Makassar mulai
mengembangkan konsep cybercity sejak tahun 2007. telah melakukan
uji coba penggunaan perangkat pendukung internet nirkabel atau hot spot di
kawasan pantai Losari sepanjang 1,2 Km tahun 2007 lalu. Keinginan untuk
mewujudkan kota Makassar sebagai kota dunia maya ini bukan tanpa alasan. Menurut Walikota Makassar, (Ilham Arief Sirajuddin), cybercity menjadi salah satu cara pemeritah kota untuk mencerdaskan masyarakat agar melek teknologi. Dengan
langkah ini diharapkan semakin banyak pengguna dan
masyarakat tidak gagap lagi dengan teknologi informasi khususnya untuk
mengakses internet. Di samping itu, keberadaan
layanan akses internet gratis ini akan memancing minat wisatawan, baik
mancanegara maupun domestik untuk berdatangan ke lokasi hot spot layanan
internet gratis tersebut. Demikian juga para pebisnis dapat
memanfaatkan internet gratis di ruang publik sehingga lambat laun pantai Losari
akan menjadi salah satu daerah tujuan bisnis dan objek wisata yang diharapkan
bisa semakin terkenal dalam skala nasional maupun
internasional. Saat ini, pemerintah sedang berupaya memasang puluhan bahkan ratusan access point atau titik
akses internet di berbagai wilayah kota Makassar. Puluhan hot spot pun
sudah terpasang di sejumlah hotel berbintang, mal, kampus dan instansi-instansi swasta dengan menggunakan teknologi Wi-Fi.
Bahkan sejumlah provider berusaha
mendapatkan izin pemerintah untuk menggunakan teknologi Wi-Max (Worldwide Interoperability for
Microwave Access) yang memiliki daya jangkau hingga 50
Km dengan kecepatan transfer bisa mencapai 75 megabyte per detik dimana ribuan
orang dapat mengakses internet dalam satu waktu sekaligus. Dengan teknologi Wi-Max ini sinyal internet akan dipancarkan melalui
sebuah menara semacam terminal untuk layanan telepon seluler
(Base Transceiver Station/BTS). Saat teknologi itu
hadir, seluruh kota Makassar akan menjadi “hot spot”. Pengguna laptop, “Windows Mobile”
atau “Smart Phone” dapat berinternet dari mobil yang melaju di jalan raya, rumah, kantor, kafe, bahkan di tengah sawah
di pinggiran kota Makassar. Dengan demikian,
peluang masyarakat Makassar untuk menuju cybercity akan semakin cepat. Beberapa kota yang sudah melakukan perancangan
cybercity selain Makassar dan Pangkal Pinang antara lain, Malang Cyber
City (MCC), Sukabumi Cyber City (SCC), Bandung
Cyber City (BCC), Yogya Cyber City (YCC), Solo Cyber City (SCC), Denpasar Cyber
City (DCC) dan kota-kota lain yang segera menyusul.
Hal ini sejalan dengan penataan industri teknologi informasi saat ini
yang difokuskan pada pembentukan unit kota cyber. Dalam pandangan pemerintah, konsep
cybercity digambarkan sebagai kawasan dengan infrastruktur teknologi informasi
yang memadai baik dari sisi konektivitas
jaringan terpadu, kapasitas bandwidth, internet nirkabel dan kabel, dan
infrastruktur serat optik mencukupi serta sarana pusat riset yang dikelola
bersama perguruan tinggi dan swasta.
PRINCIPLES DAN CRITICAL SUCCESS
FACTOR
Principles / Asas-asas
Dalam pembangunan, pengembangan dan penerapan Kota Makassar
Cyber City didasarkan pada beberapa asas-asas berikut ini:
·
Asas Keterpaduan / Sinergi
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus
mampu meng‑
integrasikan semua informasi yang tersedia Kota
Kota Makassar secara efektif.
·
Asas Peningkatan Kualitas SDM
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus diupayakan untuk dapat memperkuat dan meningkatkan kualitas SDM
lokal, baik secara internal yaitu
dilingkungan pegawai pemerintah daerah ataupun secara eksternal dilingkungan masyarakat lokal.
·
Asas Manfaat / Dayaguna
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus
diupayakan untuk lebih efisien dan ekonomis serta
berdayaguna tinggi. Kota Makassar Cyber City harus mampu untuk menyajikan informasi yang dibutuhkan
secara cepat, akurat dan tepat waktu sehingga dapat digunakan oleh seluruh
masyarakat.
·
Asas Keamanan Dan Kehandalan
Pembangunan dan penerapan Kota Makassar Cyber City harus dijamin kehandalannya sehingga mampu untuk selalu siap
pakai sesuai dengan tingkat pelayanan
yang dibutuhkan, serta terjamin tingkat keamanan dan kerahasiaan data sesuai
dengan hukum dan perundang-undangan yang berlaku.
·
Asas Legalitas
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus
taat hukum, dalam hal ini harus menghormati hak-hak
kekayaan intelektual (HaKI), copyright serta hakhak lain yang diakui secara hukum dan
perundang-undangan yang berlaku.
·
Asas Kesetaraan Hak Akses
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus
mampu menjamin dan menyediakan kesetaraan hak
akses terhadap informasi Kota Makassar Cyber City yang bersifat terbuka untuk umum. Hal ini
dimaksudkan untuk sedapat mungkin menghindarkan timbulnya
kesenjangan digital pada daerah-daerah atau masyarakat tertentu.
·
Asas Fleksibilitas
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi harus dilakukan secara modular dan berkelanjutan (incremental
development) untuk menjamin tingkat fleksibilitas sistem terhadap perubahan-perubahan yang berlangsung baik
di internal
pemerintahan ataupun perubahan eksternal.
·
Asas Open System, Open Source dan Legal software
Pembangunan dan penerapan teknologi informasi dilakukan
menggunakan standard open
system, sehingga memungkinkan untuk memadukan antar beberapa teknologi yang tersedia saat ini secara lebih efisien. Kota
Makassar Cyber City juga didorong untuk sedapat mungkin
menggunakan aplikasi-aplikasi open source sehingga dapat meningkatkan tingkat
efisiensi, nilai ekonomis pada investasi, dan menghindari ketergantungan absolute
pada salah satu pihak serta mendukung gerakan IGOS (Indonesia, Go Open
Source). Jika akan menggunakan aplikasi proprietary, maka harus
mempertimbangkan aspek legalitas-nya.
Faktor Penentu Keberhasilan (Critical Success Factor)
Beberapa faktor berikut adalah merupakan
faktor-faktor kunci dalam penentu keberhasilan pembangunan dan penerapan Kota Makassar Cyber City:
1. Komitmen dan Leadership
Komitmen dari semua pihak
terkait, khususnya di tingkat pimpinan adalah merupakan faktor yang sangat dibutuhkan dan
merupakan faktor kunci penentu keberhasilan pembangunan dan
penerapan Kota Makassar Cyber City. Para pimpinan pihak terkait harus siap untuk menjadi motor penggerak pembangunan Kota Makassar Cyber City ini.
Pembangunan komitmen ini dapat dilakukan melalui
sosialisasi-sosialisasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan terhadap semua lapisan baik dilingkungan internal pemerintahan ataupun di masyarakat pada umumnya. Komitmen terhadap pembangunan Kota Makassar Cyber City ini juga harus
dimiliki oleh para anggota legislatif yang merupakan
representasi dari masyarakat daerah.
2. Peningkatan Kualitas SDM
Harus disadari bahwa teknologi informasi hanyalah sebuah alat (tools) yang tidak akan dapat menciptakan suatu perubahan apapun jika tidak didukung dengan sumber daya manusia dan budaya kerja yang memadai untuk menjalankan
alat-alat tersebut.
Peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui pendidikan formal
ataupun pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan baik secara internal ataupun
eksternal. Peningkatan kualitas dan pemanfaatan SDM lokal
semaksimal mungkin adalah merupakan faktor kunci keberhasilan penerapan
teknologi informasi di pemerintahan daerah.
3. Perubahan Proses dan Budaya Kerja
Fungsi penggunaan Kota Makassar Cyber City tidaklah hanya sebagai faktor
pendukung manajemen pemerintahan, tetapi juga berfungsi sebagai agen perubahan (driver of change)
untuk membawa Kota Kota Makassar menjadi lebih efisien dalam segala bidang. Untuk itu dibutuhkan perubahan yang
mendasar menyangkut proses kerja dan juga budaya kerja
khususnya dilingkungan jajaran pemerintahan dan masyarakat.
Semua pihak terkait harus mampu beradaptasi dengan perubahan dan perbaikan proses dan budaya kerja. Tingginya tingkat kemampuan
beradaptasi ini adalah merupakan salah satu faktor kunci
penentu keberhasilan pembangunan dan penerapan Kota Makassar Cyber
City.
4. Pengelolaan Ekspektasi dan Transparansi
Mengingat bahwa tingkat ekspektasi masyarakat terhadap penerapan Kota
Makassar Cyber City saat ini sangatlah tinggi, maka diperlukan upaya-upaya untuk
dapat mengelola tingkat ekspektasi
masyarakat yang tinggi tersebut. Sosialisasi tentang rencana-rencana serta
tahapan-tahapan dalam pembangunan dan penerapan Kota Makassar Cyber City harus
dilakukan secara transparan dan berkesinambungan
kepada masyarakat secara luas, sehingga dapat diperoleh tingkat pemahaman yang memadai. Mengingat bahwa
masyarakat dapat berfungsi sebagai stakeholders dan customer,
maka kegagalan dalam mengelola tingkat ekspektasi masyarakat akan
berakibat fatal terhadap keberhasilan pembangunan dan penerapan Kota
Makassar Cyber City.
5. Pendanaan
Ketersediaan
pendanaan yang memadai adalah merupakan salah satu elemen kunci dan sangat menentukan keberhasilan
pembangunan dan penerapan Kota
Makassar Cyber City. Penyediaan pendanaan dipemerintahan akan disesuaikan dengan tingkat prioritas dari
kegiatan, sehingga diperlukan komitmen
baik oleh eksekutif ataupun legislatif untuk keberhasilan pembangunan dan penerapan teknologi informasi ini.
Sedangkan untuk pihak bisnis, perlu
dikembangkan suatu bisnis model yang saling menguntunkan sehingga pihak bisnis mau melakukan invertasi
dalam pembangunan Kota Makassar Cyber City.
Jika semula hanya ada 2 tingkatan (layer) dalam model
client/server, saat ini dengan berkembanganya teknologi internet telah
memungkinkan untuk membentuk 3 tier model client server. Dengan model ini aplikasi dapat dijalankan
dalam 3 tingkatan, yaitu desktop
user yang berfungsi hanya untuk menampilkan informasi, server aplikasi, dan server
database.

Model 3
Tier Client Server
Beberapa keuntungan yang
dapat diperoleh dengan penggunaan 3-tier model client/ server
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan kinerja
Hal ini
berkaitan secara langsung dengan dapat dilokalisirnya komunikasi ke database hanya sebatas pada application server dan
database server, sedangkan data dan
informasi yang menyebar ke setiap user melalui jaringan utama pemerintah daerah adalah sekedar tampilan hasil
permintaan dan tidak mengandung lagi
instruksi-instruksi yang ditujukan ke database. Oleh karena itu network
traffic dapat dikurangi, dan dengan sendirinya performansi akan meningkat.
2. Kemudahan instalasi dan maintenance
Instalasi
hanya perlu dilakukan ditingkat database server dan aplication server, sedangkan di masing-masing user dapat menggunakan web
browser untuk mengakses aplikasi.
Begitu pula dengan maintenance, tidak melibatkan keseluruhan
dekstop user tetapi hanya dilakukan di database ataupun application server
saja.
3. Fleksibilitas user interfaces
Karena user interface
dan application logic terpisah, maka dekstop user dalam hal ini
dapat menggunakan berbagai macam user interfaces yang tersedia.
4. Pengurangan biaya instalasi,
perawatan dan pelatihan aplikasi.
Karena
basis data dan aplication server dapat dilokalisir pada beberapa mesin server
saja, maka biaya instalasi dan perawatan hanya akan difokuskan pada komputer – komputer server tersebut. Sedangkan komputer
client yang digunakan operator untuk
melihat hasil – hasil aplikasi atau untuk melakukan data entry tidak memerlukan
perhatian khusus karena cukup menggunakan komputer standar.
Komentar